Yohanes 6:53

 

Tidak dapat dipastikan apakah percakapan ini dilakukan dengan orang-orang Kapernaum, yang di dalam rumah ibadatnya Kristus berada sekarang, ataukah dengan orang-orang yang datang dari seberang danau. Namun, masalah ini tidak begitu penting bagi kita. Bagaimanapun juga, peristiwa ini memberi contoh kerendahan hati Kristus, di mana Ia memberikan mereka kebebasan untuk bertanya kepada-Nya, dan Ia tidak marah ketika mereka menyela pembicaraan-Nya, sekalipun mereka itu bukan pengikut-pengikut setia-Nya. Mereka yang suka mengajar harus cepat mendengar dan belajar menjawab. Inilah hikmat bagi pengajar, yaitu sekalipun dihujani dengan pertanyaan yang sia-sia dan menyimpang, berusahalah memberi jawaban yang bermanfaat, supaya pertanyaan yang sia-sia dapat ditepis, tetapi keinginan orang untuk bertanya tidak ditampik. Sekarang:

I. Setelah Kristus memberi tahu mereka bahwa mereka harus bekerja, dan berusaha keras untuk makanan yang Ia katakan itu, mereka menanyakan Dia apa yang harus mereka kerjakan, dan Ia pun menjawab mereka (ay. 28-29).

. Pertanyaan mereka cukup berkaitan dengan masalah yang dibicarakan: "Apakah yang harus kami perbuat, supaya kami mengerjakan pekerjaan yang dikehendaki Allah?" Sebagian orang mengartikan pertanyaan tersebut kurang sopan: "Pekerjaan yang dikehendaki Allah seperti apa lagi yang bisa kami perbuat jauh lebih baik daripada apa yang telah kami lakukan dengan mematuhi hukum Musa?" Namun, saya lebih suka menganggap pertanyaan ini sebagai pertanyaan yang rendah hati dan bersungguh-sungguh. Setidaknya pada saat itu mereka berpikiran baik serta ingin mengetahui dan melaksanakan tugas-tugas mereka. Saya berpendapat bahwa orang-orang yang mengajukan pertanyaan, Bagaimana dan Apa ini (ay. 30), dan yang juga mengajukan permohonan (ay. 34), bukanlah orang-orang yang sama dengan mereka yang bersungut-sungut (ay. 41-42) dan orang-orang yang bertengkar antara sesama mereka (ay. 52). Karena dengan jelas orang-orang terakhir ini disebut sebagai orang-orang Yahudi yang datang dari Yudea (merekalah yang secara ketat disebut sebagai orang Yahudi), yaitu mereka yang suka mempertengkarkan soal kecil-kecil. Sedangkan orang-orang yang sekarang ini berasal dari Galilea dan sengaja datang untuk diajar. Di sini, pertanyaan ini menunjukkan keyakinan mereka bahwa orang-orang yang ingin memperoleh makanan yang kekal ini:

(1) Harus berencana melakukan sesuatu yang besar. Mereka yang berpengharapan tinggi serta berharap dapat menikmati kemuliaan Allah, harus menetapkan sasaran yang tinggi dalam upaya pencarian mereka ini. Mereka harus belajar mengerjakan pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu pekerjaan yang Ia minta dan yang akan Ia terima. Pekerjaan yang dikehendaki Allah berbeda dari pekerjaan orang duniawi yang mengejar perkara duniawi. Tidak cukup hanya berbicara tentang firman Allah, kita juga harus melakukan pekerjaan yang dikehendaki Allah.

(2) Harus bersedia melakukan apa saja: Apakah yang harus kami perbuat? Tuhan, saya siap melakukan apa saja yang Engkau suruh meskipun pekerjaan itu tidak menyenangkan tubuh jasmaniku (Kis. 9:6).

. Jawaban Kristus sudah cukup jelas (ay. 29): Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya.


Perhatikanlah:

(1) Pekerjaan iman adalah pekerjaan Allah. Mereka bertanya tentang pekerjaan-pekerjaan (dalam hal jumlah), peduli dengan banyak hal, tetapi Kristus mengarahkan mereka pada satu pekerjaan saja, tetapi yang melingkupi semua pekerjaan lainnya, satu pekerjaan yang sungguh-sungguh diperlukan, yakni: hendaklah kamu percaya. Pekerjaan ini mengesampingkan semua pekerjaan lainnya yang hanya sekadar menunaikan hukum yang punya arti simbolis belaka. Pekerjaan ini, yaitu percaya, diperlukan agar semua pekerjaan lainnya dapat diterima. Pekerjaan tersebut juga menghasilkan pekerjaan-pekerjaan lainnya, karena tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Pekerjaan tersebut adalah pekerjaan Allah, karena pekerjaan itu dilakukan-Nya di dalam kita, pekerjaan itu menundukkan jiwa pada pekerjaan-Nya di dalam kita, serta menggerakkan jiwa sehingga bekerja bagi Dia.

(2) Iman itu adalah pekerjaan Allah yang membuat kita dekat kepada Kristus dan selalu mengandalkan Dia. Iman itu adalah percaya kepada Dia yang telah diutus Allah, sebagai duta besar Allah dalam menyelesaikan masalah besar untuk memperdamaikan Allah dan manusia. Percaya kepada Dia dengan sendirinya berarti tinggal di dalam Dia dan menyerahkan diri kita kepada-Nya (Yoh. 14:1).

II. Setelah Kristus mengatakan kepada mereka bahwa Anak Manusia itulah yang akan memberikan makanan ini kepada mereka, mereka bertanya tentang Dia, dan Ia menjawab pertanyaan mereka.

. Pertanyaan mereka adalah tentang sebuah tanda (ay. 30): Tanda apakah yang Engkau perbuat? Sejauh ini mereka benar, bahwa karena Ia meminta mereka percaya, maka Ia harus menunjukkan bukti yang dapat dipercaya, berupa mujizat yang dapat mereka lihat dan menunjukkan bahwa Ia memang benar-benar diutus Allah. Musa menegaskan tugas perutusannya dengan berbagai tanda, karena itu Kristus yang datang untuk menggantikan hukum upacara simbolis juga harus menegaskan tugas perutusan-Nya dengan cara serupa: "Pekerjaan apakah yang Engkau lakukan? Apa yang bisa Engkau tunjukkan? Tanda-tanda abadi dari kuasa Allah seperti apa yang Engkau rancang supaya tetap hidup dalam ajaran-ajaran-Mu itu?" Walaupun begitu, dalam semuanya ini mereka lupa:

(1) Bahwa mereka telah mengesampingkan banyak mujizat yang telah mereka saksikan telah diperbuat oleh-Nya. Mujizat-mujizat tersebut sungguh telah memberi bukti melimpah tentang tugas perutusan ilahi-Nya. Di siang hari bolong seperti ini apakah memang pantas untuk bertanya, "Tanda apakah yang Engkau perbuat, supaya dapat kami melihatnya?", apalagi di Kapernaum, pusatnya mujizat, di mana Ia telah menghasilkan begitu banyak pekerjaan dan tanda hebat nan ajaib yang sangat berarti dalam meneguhkan jabatan dan tugas perutusan-Nya? Bukankah mereka ini orang-orang yang sama yang sehari sebelumnya telah diberi makan secara ajaib oleh-Nya? Tak terkatakan betapa butanya orang-orang ini sampai tidak bisa melihat apa yang terjadi. Begitu butanya mereka, sampai-sampai tidak tahu apakah ini siang atau malam, padahal matahari sedang menyinari wajah mereka.

(2) Bahwa mereka lebih menyukai pemberian makan secara ajaib kepada bangsa Israel di padang belantara melebihi mujizat-mujizat yang dibuat Kristus (ay. 31): Nenek moyang kami telah makan manna di padang gurun. Untuk memperkuat dalih keberatan mereka, mereka mengutip sebuah ayat: Mereka diberi-Nya makan roti dari sorga (diambil dari Mazmur 78:24), Ia memberi mereka gandum dari langit. Betapa baiknya kutipan yang mereka gunakan dalam kisah ini! Kutipan ini sungguh merupakan contoh kuasa dan kebaikan Allah yang sering disebut-sebut untuk memuliakan Allah (Neh. 9:20-21). Namun lihatlah sekarang bagaimana orang-orang ini membelokkan ayat-ayat ini dan menyalahgunakannya.

[1] Kristus menegur kegandrungan mereka akan roti mujizat itu dan meminta mereka supaya tidak menempatkan hasrat hati mereka pada makanan yang akan dapat binasa. "Mengapa," kata mereka, "Bukankah makanan bagi perut merupakan perkara baik dan dahsyat yang Allah berikan kepada nenek moyang kita di padang gurun? Jadi mengapa kita tidak boleh bekerja untuk makanan itu? Jika Allah menyediakan banyak makanan seperti itu, mengapa kita tidak memilih orang yang dapat menyediakan banyak makanan bagi kita?"

[2] Kristus telah memberi makan lima ribu orang dengan lima roti, dan Ia menjadikan peristiwa itu sebagai salah satu tanda untuk membuktikan bagi mereka bahwa Dia telah diutus Allah. Namun, dengan berkedok mengagungkan mujizat-mujizat Musa, dengan diam-diam mereka memandang ringan mujizat Kristus, dan menyisihkan bukti yang menunjukkan bahwa Ia telah diutus Allah. Alasan mereka, "Kristus memberi makan ribuan pengikut-Nya, tetapi Musa memberi makan ratusan ribu pengikutnya. Kristus hanya sekali memberi mereka makan, lalu menegur mereka yang mengikuti Dia dengan harapan akan tetap diberi makan, dan mengalihkan perhatian mereka dengan pengajaran tentang makanan rohani. Tetapi, Musa memberi makan para pengikutnya selama empat puluh tahun, sehingga mujizat bukan lagi menjadi sesuatu yang aneh dan langka bagi mereka, melainkan sudah menjadi makanan sehari-hari belaka. Kristus memberi mereka makan dengan roti yang berasal dari bumi, roti jelai, dan ikan yang berasal dari laut, sedangkan Musa memberi bangsa Israel makan roti dari sorga, makanan malaikat." Begitulah orang-orang Yahudi ini mengagung-agungkan manna yang dimakan nenek moyang mereka. Namun, nenek moyang mereka sendiri malah meremehkan manna ini, persis seperti yang sedang mereka lakukan sekarang terhadap roti jelai. Nenek moyang mereka menyebut manna itu sebagai makanan hambar (Bil. 21:5). Begitulah, betapa mudahnya kita meremehkan dan menganggap sepi kehadiran kuasa Allah dan anugerah-Nya di zaman kita sendiri, sementara kita berpura-pura mengagumi keajaiban yang diceritakan nenek moyang kepada kita. Seandainyapun mujizat Kristus yang satu ini dikalahkan oleh mujizat Musa itu, toh masih ada banyak contoh lain yang menunjukkan bahwa mujizat-mujizat Kristus lebih cemerlang daripada mujizat Musa. Di samping itu, semua mujizat yang benar selalu memperlihatkan suatu ajaran ilahi, meskipun tidak semuanya selalu tampak cemerlang dalam semua keadaan, karena keadaan selalu berbeda sesuai dengan yang dibutuhkan oleh peristiwa itu. Sama seperti manna itu mengungguli roti jelai, demikian pula pengajaran Kristus itu jauh lebih mengungguli hukum Musa. Begitu juga halnya dengan semua tata ibadah ilahi-Nya, jauh mengungguli semua tata upacara duniawi yang berlaku pada masa itu.

. Inilah jawaban Kristus atas pertanyaan mereka itu, di mana:

(1) Ia meralat kekeliruan mereka tentang manna yang khas itu. Memang benar bahwa nenek moyang mereka telah makan manna di padang gurun.


Tetapi:

[1] Bukan Musa yang memberikan manna itu kepada mereka, dan mereka juga tidak berutang budi kepada dia untuk makanan itu. Musa hanya sekadar alat, karena itu mereka harus memandang lebih jauh lagi kepada Allah. Kita tidak menemukan Musa berdoa dan memohon untuk meminta manna kepada Allah. Dengan tidak bijak ia malah berujar, Apakah kami harus mengeluarkan air bagimu dari bukit batu ini? Musa tidak memberikan roti itu ataupun air itu kepada mereka.

[2] Manna itu tidak diberikan seperti yang mereka bayangkan, dari sorga, dari sorga yang tertinggi, tetapi hanyalah dari awan-awan, dan karena itu tidak lebih unggul daripada makanan yang berasal dari bumi seperti yang mereka pikirkan. Karena apa yang tertulis dalam Kitab Suci, Mereka diberi-Nya makan roti dari sorga, tidaklah berarti bahwa roti itu adalah roti sorgawi, atau roti yang dimaksudkan untuk makanan bagi jiwa. Salah memahami bahasa Kitab Suci menyebabkan banyak kekeliruan dalam memahami perkara-perkara Allah.

(2) Kristus memberi tahu mereka tentang manna yang sebenarnya, yang digambarkan oleh manna yang dimakan oleh nenek moyang mereka itu: Melainkan Bapa-Ku yang memberikan kamu roti yang benar dari sorga. Itulah yang benar-benar dan pantas disebut roti dari sorga. Manna itu hanyalah bayang-bayang dan gambaran dari roti sorga tersebut. Roti sorga itulah yang sekarang diberikan, bukan kepada nenek moyangmu yang telah lama mati dan tiada, tetapi kepada kamu yang hidup di zaman sekarang ini, bagi kamulah hal-hal yang lebih baik itu disisihkan. Sekarang ini Ia sedang memberikan kepadamu roti dari sorga itu, roti yang sebenar-benarnya. Sama seperti takhta kemuliaan Allah jauh lebih tinggi daripada awan-awan di langit, begitu pula roti rohani dari Injil yang abadi itu mengungguli manna. Dengan menyebut Allah sebagai Bapa-Nya, Kristus menyatakan diri-Nya sendiri lebih besar daripada Musa, karena kesetiaan Musa terhadap Allah hanyalah kesetiaan sebagai seorang pelayan, sedangkan kesetiaan Kristus adalah kesetiaan sebagai Anak (Ibr. 3:5-6).

III. Setelah menjawab pertanyaan mereka, Kristus lebih lanjut memanfaatkan kesempatan menjawab keberatan mereka mengenai manna untuk berbicara mengenai diri-Nya. Di hadapan mereka, Ia menyamakan diri-Nya sendiri dengan roti, dan mengumpamakan hal mempercayai sebagai tindakan makan dan minum. Pernyataan makan tubuh-Nya dan minum darah-Nya dan tanggapan dari para pendengar-Nya membuat banyak orang dari kerumunan itu meninggalkan Dia.

. Setelah berbicara tentang diri-Nya sendiri sebagai pemberian Allah yang besar dan roti yang sebenarnya (ay. 32), Kristus terus lebih banyak lagi menjelaskan dan menegaskan hal tersebut, supaya kita dapat mengenal Dia dengan benar.

(1) Di sini Kristus menunjukkan bahwa Ia adalah roti yang benar. Hal ini diulangi-Nya berkali-kali (ay. 33, 35, 48-51).


Perhatikanlah:

[1] Bahwa Kristus adalah roti bagi jiwa, seperti halnya roti biasa bagi tubuh jasmani. Roti itu memberi zat makanan dan mendukung kehidupan rohani (menjadi bahan pokok untuk kehidupan rohani), sama seperti roti bagi kehidupan jasmani. Roti itu menjadi bahan pokok bagi kehidupan. Ajaran-ajaran Injil adalah mengenai Kristus, bahwa Ia menjadi pengantara antara Allah dan manusia, bahwa Ia adalah damai sejahtera kita, kebenaran kita, Juruselamat kita, dan dengan segala perkara ini hiduplah orang. Tubuh kita masih dapat hidup dengan baik tanpa makanan, tetapi tidak demikian halnya jiwa kita tanpa Kristus. Gandum itu diirik (Yes. 28:28), demikian juga halnya dengan Kristus. Ia dilahirkan di Betlehem, rumah roti, dan dilambangkan dengan roti sajian.

[2] Bahwa Ia adalah roti dari Allah (ay. 33), roti ilahi. Hanya Dia yang datang dari Allah (ay. 46), roti yang diberikan oleh Bapa-Ku (ay. 32), yang Ia jadikan makanan bagi jiwa kita, roti keluarga Allah, roti bagi anak-anak-Nya. Korban dan persembahan imamat orang-orang Lewi disebut santapan Allah (Im. 21:21-22), dan Kristus adalah korban yang agung. Kristus, di dalam firman dan semua tata ibadah-Nya, menjadi perjamuan sebagai ganti korban itu.

[3] Bahwa Ia adalah roti kehidupan (ay. 35, dan sekali lagi dalam ay. 48), roti kehidupan itu, yang secara tidak langsung merujuk kepada pohon kehidupan yang ada di tengah-tengah Taman Eden, yang dimeteraikan bagi Adam sebagai bagian dari kovenan itu: Lakukanlah ini, maka engkau akan hidup, yang berarti Adam boleh memakannya dan tetap hidup. Kristus adalah roti kehidupan, karena Dialah buah dari pohon kehidupan itu.


Pertama, Dia adalah sang roti yang hidup (begitulah Kristus menjelaskan tentang diri-Nya sendiri dalam ayat 51): Akulah roti hidup. Roti itu sendiri adalah benda mati, tidak akan menjadi zat makanan tanpa bantuan organ-organ tubuh yang hidup. Tetapi Kristus sendiri adalah roti hidup, dan akan menjadi zat makanan dengan kuasa-Nya sendiri. Manna adalah benda mati, hanya dapat bertahan semalam saja jika disimpan, selanjutnya manna itu akan berulat dan berbau busuk. Namun, Kristus hidup terus, sebagai roti yang kekal, yang tidak pernah lapuk dan menjadi tua. Ajaran tentang Kristus yang tersalib sampai sekarang tetap menguatkan dan menghibur orang-orang percaya, sama seperti dahulu. Begitu juga pengantaraan-Nya masih tetap sama berharga dan berlaku seperti sediakala.


Kedua, Ia memberi hidup kepada dunia ini (ay. 33), hidup rohani dan kekal, kehidupan roh dalam kesatuan dan persekutuan dengan Allah di dunia sini dan nantinya dalam hadirat dan sukacita-Nya ketika kita bertemu pandang dengan Dia. Inilah hidup di mana semua kebahagiaan terangkum di dalamnya. Manna hanya menyediakan makanan dan mendukung kehidupan, bukan mempertahankan dan mengabadikan kehidupan, apa lagi sampai memulihkannya. Tetapi, Kristus memberi hidup kepada orang-orang yang mati di dalam dosa. Manna ditetapkan hanya untuk kehidupan bangsa Israel, tetapi Kristus diberikan untuk hidup seluruh dunia. Tidak ada seorang pun yang dikecualikan untuk menerima berkat roti ini, kecuali mereka menolak sendiri berkat tersebut. Kristus datang untuk memberi hidup dalam pikiran manusia, memberikan dasar pendirian untuk melakukan perbuatan yang berbuah lebat dan berkenan kepada Allah.

[4] Bahwa Ia adalah roti yang telah turun dari sorga. Hal ini sering diulang-ulang di sini (ay. 33, 50-51, 58).


Hal ini menunjukkan:


Pertama, keallahan pribadi Kristus. Sebagai Allah Ia memiliki suatu wujud di sorga, dari mana Ia telah datang untuk mengambil rupa dan sifat kita pada diri-Nya; Aku telah turun dari sorga, yang dari sini kita dapat memahami asal usul-Nya, Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. Kita juga dapat memahami kesanggupan-Nya, karena sorga adalah cakrawala-Nya yang kuat. Kita memahami wewenang-Nya. Ia datang dengan mengemban tugas ilahi.


Kedua, sumber ilahi dari semua yang baik yang mengalir kepada kita melalui Dia. Ia datang, bukan hanya katabas -- yang telah turun (ay. 51), tetapi katabainōi -- yang turun sekarang. Ia sedang turun sekarang, yang menunjukkan adanya pemberian terang, hidup, dan kasih yang tidak ada putus-putusnya dari Allah kepada orang-orang percaya melalui Kristus, seperti manna yang turun setiap hari (Ef. 1:3). Omnia desuper -- segala pemberian dari atas.

[5] Bahwa Ia adalah roti itu, yang dilambangkan dan digambarkan sebagai manna (ay. 58). Roti itu adalah roti yang sebenarnya (ay. 32). Seperti batu karang yang mengeluarkan air untuk diminum adalah Kristus, begitu jugalah manna yang mereka makan adalah makanan rohani (1Kor. 10:3-4). Manna diberikan kepada orang Israel, begitulah Kristus diberikan kepada orang Israel rohani. Tersedia cukup manna bagi semua orang, begitu juga, di dalam Kristus melimpah anugerah bagi semua orang percaya. Orang yang mengumpulkan banyak dari manna ini tidak memiliki apa-apa lagi untuk disimpan ketika ia menggunakannya, dan orang yang mengumpulkan sedikit, ketika anugerah-Nya disempurnakan, akan melihat bahwa ia tidak kekurangan. Manna harus dikumpulkan pada pagi hari, dan begitu juga, orang-orang yang ingin menemukan Kristus harus mencari Dia pagi-pagi sekali. Manna itu rasanya manis, seperti yang dikatakan oleh penulis Kebijaksanaan Salomo (salah satu kitab Deuterokanonika -- pen.) kepada kita (Keb. Sal. 16:20), cocok dengan selera setiap orang. Demikianlah, bagi orang yang percaya, Kristus itu mulia. Bangsa Israel hidup dengan manna sampai mereka masuk tanah Kanaan, sedangkan Kristus adalah kehidupan kita. Ada tanda kenang-kenangan tentang manna yang disimpan dalam buli-buli emas yang diletakkan dalam tabut perjanjian, begitu juga Kristus, sebagai santapan rohani, tersimpan untuk dikenang di dalam perjamuan Tuhan.

(2) Di sini Kristus menunjukkan apa yang sedang Ia kerjakan dan apa tujuan pengutusan-Nya ke dunia ini. Dengan menyampingkan bahasa kiasan, Ia berbicara dengan terus terang dan tidak lagi menggunakan perumpamaan untuk menjelaskan maksud pekerjaan-Nya di antara umat manusia (ay. 38-40).

[1] Secara umum, Ia meyakinkan kita bahwa Ia datang dari sorga untuk melakukan pekerjaan Bapa-Nya (ay. 38), bukan untuk melakukan kehendak-Nya sendiri, tetapi untuk melakukan kehendak Bapa yang telah mengutus-Nya. Ia datang dari sorga, yang menunjukkan bahwa Ia adalah pribadi yang giat dan cerdas, yang secara sukarela turun ke dunia bawah ini dengan melakukan perjalanan panjang. Ia membuat sebuah langkah turun yang besar, karena kemuliaan dunia tempat Ia berasal sungguh agung, sedangkan dunia yang Ia datangi penuh malapetaka. Kita boleh bertanya-tanya dengan penuh rasa heran, "Apa yang menggerakkan-Nya melakukan perjalanan seperti ini?" Di sini Ia mengatakan bahwa Ia datang bukan untuk melakukan kehendak-Nya sendiri, tetapi kehendak Bapa-Nya. Ini tidak berarti bahwa Ia mempunyai kehendak yang bersaing dengan kehendak Bapa-Nya. Yang benar adalah bahwa orang-orang yang sedang berbicara dengan Dialah yang mencurigai Dia demikian. "Tidak," kata-Nya, "kehendak-Ku bukanlah sumber tindakan-Ku, bukan juga aturan yang Aku ikuti, tetapi Aku datang untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku." Itu berarti,


Pertama, Kristus tidak datang ke dalam dunia ini sebagai pihak yang melakukan urusan pribadi dan hanya bertindak demi diri sendiri. Sebaliknya, Ia datang sebagai seorang tokoh masyarakat, bertindak bagi orang lain sebagai seorang duta besar atau utusan yang berkuasa penuh. Ia datang ke dunia ini sebagai tangan kanan Allah yang agung dan sebagai tabib dunia yang besar. Tiada urusan pribadi apa pun yang membawa Ia ke sini, selain daripada untuk menyelesaikan masalah pihak-pihak yang tidak ada tandingannya di mana pun juga, yaitu Pencipta yang Mahabesar dan keseluruhan ciptaan-Nya.


Kedua, ketika Kristus ada di dalam dunia ini, Ia tidak membawa rancangan pribadi apa pun, juga tidak memiliki kepentingan lain sama sekali, berbeda dengan orang-orang yang untuk merekalah Ia bertindak. Maksud seluruh kehidupan-Nya adalah untuk mempermuliakan Allah dan berbuat baik kepada umat manusia. Karena itu Ia tidak pernah memikirkan kesenangan, keselamatan, atau ketenteraman-Nya sendiri. Jadi, ketika Ia akan menyerahkan nyawa-Nya, meskipun sifat manusiawi-Nya merasa terkejut atas hal itu, Ia segera mengesampingkan pikiran itu, dan menundukkan kehendak-Nya sebagai manusia ke dalam kehendak Allah: Janganlah seperti yang Ku kehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.

[2] Secara khusus, Ia ingin memperkenalkan kepada kita kehendak Bapa yang ingin Ia lakukan. Di sini Ia menyatakan ketetapan tersebut, yaitu segala perintah yang akan Ia tunaikan.


Pertama, perintah khusus yang diberikan kepada Kristus, bahwa Ia harus menyelamatkan semua umat pilihan yang tersisa. Inilah janji penebusan antara Bapa dan Anak (ay. 38): "Inilah kehendak Bapa, yang telah mengutus Aku. Inilah tugas yang dipercayakan kepada-Ku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang."


Perhatikanlah:

. Ada sejumlah tertentu anak manusia yang diberikan Bapa kepada Yesus Kristus untuk masuk dalam perlindungan-Nya, untuk menjadi nama dan pujian bagi-Nya, diberikan kepada-Nya sebagai warisan, untuk menjadi milik-Nya. Biarlah Dia melakukan semua hal yang mereka butuhkan, mengajar mereka, menyembuhkan mereka, membayar utang mereka, membela perkara mereka, menyiapkan dan menjaga mereka untuk masuk dalam kehidupan kekal. Biarlah Dia melakukan yang terbaik bagi mereka. Bapa dapat menyerahkan mereka sesuai dengan perkenanan-Nya: Sebagai ciptaan, kehidupan dan keberadaan mereka berasal dari Dia, sebagai orang berdosa, mereka kehilangan kehidupan dan keberadaan mereka dari Dia pula. Bisa saja Ia menjual mereka demi tuntutan keadilan-Nya dan menyerahkan mereka kepada para penyiksa. Namun, ini tidak dilakukan-Nya. Sebaliknya, Ia mengangkat mereka kembali sebagai tanda peringatan akan rasa kasihan-Nya dan membawa mereka kepada Sang Juruselamat. Orang-orang yang dipilih Allah menjadi sasaran kasih-Nya yang khusus dipercayakan-Nya ke dalam tangan Kristus.

. Yesus Kristus telah berjanji bahwa tidak akan ada yang hilang dari semua yang telah diberikan Bapa kepada-Nya. Banyak orang yang dibawa-Nya pada kemuliaan. Semuanya akan segera terjadi dan tidak seorang pun dari anak-anak ini akan hilang (Mat. 18:14). Tidak seorang pun dari mereka akan hilang akibat kekurangan anugerah yang menguduskan mereka. Jika aku tidak membawa dia kepadamu dan menempatkan dia di depanmu, maka akulah yang berdosa terhadap engkau untuk selama-lamanya (Kej. 43:9).

. Usaha Kristus bagi orang-orang yang diberikan kepada-Nya terus berlanjut sampai pada kebangkitan tubuh mereka. Aku akan membangkitkan mereka pada akhir zaman, yang merampungkan semua yang sudah terjadi, untuk memahkotai dan menggenapkan seluruh usaha-Nya. Tubuh merupakan bagian dari manusia, karena itu tubuh juga merupakan bagian dari penebusan dan tanggung jawab Kristus. Hal ini berkaitan dengan janji itu, dan karena itu tidak akan ada bagian yang hilang. Usaha dan janji-Nya itu bukan hanya agar Ia tidak akan kehilangan seorang pun, satu orang pun, tetapi juga agar Ia tidak kehilangan apa pun, bagian apa pun dari orang itu, dan karena itu termasuk juga tubuhnya. Pekerjaan Kristus tidak akan digenapi sampai terjadinya kebangkitan, ketika roh dan tubuh orang-orang kudus akan dipersatukan kembali dan dikumpulkan di hadapan Kristus, supaya Ia dapat mempersembahkan mereka kepada Bapa: Sesungguhnya, inilah Aku dan anak-anak yang diberikan Allah kepada-Ku (Ibr. 2:13; 2Tim. 1:12).

. Sumber dan asal usul semua ini adalah kehendak berdaulat dari Allah, dari rancangan kehendak-Nya. Berdasarkan inilah Ia mengerjakan semua usaha-Nya itu. Inilah perintah yang Allah berikan kepada Anak-Nya ketika Ia mengutus-Nya ke dunia ini, dan kepada perintah-Nya inilah mata Anak itu tertuju.


Kedua, perintah umum yang diberikan kepada anak-anak manusia. Perintah ini berisi cara dan syarat yang harus diikuti mereka untuk bisa menerima keselamatan melalui Kristus. Dan inilah kovenan anugerah antara Allah dan manusia. Siapa saja orang-orang tertentu yang diberikan kepada Kristus merupakan sebuah rahasia: Tuhan mengenal siapa kepunyaan-Nya, kita tidak, dan kita juga tidak layak untuk itu. Walaupun demikian, meskipun nama-nama mereka tersembunyi, tingkah laku mereka diumumkan. Sebuah tawaran untuk memperoleh kehidupan dan kebahagiaan diberikan berdasarkan syarat-syarat Injil, supaya dengan tawaran tersebut, orang-orang yang diberikan kepada Kristus dapat dibawa kepada Allah, sedangkan yang lainnya akan ditinggalkan tanpa dapat diampuni (ay. 40): "Inilah kehendak itu, kehendak yang dinyatakan secara terbuka, dari Dia yang mengutus Aku. Inilah cara yang telah disepakati, supaya setiap orang, bangsa Yahudi dan bukan Yahudi, yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya, dapat beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman." Inilah Injil yang sebenarnya, yaitu kabar baik. Bukankah sangat menyegarkan mendengar hal ini?

. Bahwa kehidupan kekal itu dapat kita peroleh, dan bila tidak, itu merupakan kesalahan kita sendiri. Padahal, karena dosa Adam yang pertama, jalan menuju pohon kehidupan telah tertutup. Melalui anugerah Adam kedua, jalan itu terbuka kembali. Mahkota kemuliaan diletakkan di hadapan kita sebagai hadiah atas panggilan tertinggi kita, dan untuk itu kita harus berlari dan mendapatkannya.

. Setiap orang dapat memilikinya. Injil harus diberitakan dan penawaran ini harus disampaikan bagi semua orang, dan jangan ada yang berkata, "Itu bukan kepunyaanku" (Why. 22:17).

. Kehidupan kekal ini pasti untuk semua orang yang percaya kepada Kristus, dan hanya bagi mereka saja. Barangsiapa melihat Anak dan percaya kepada-Nya, dia akan diselamatkan. Beberapa orang menganggap kata melihat ini sebagai pembatasan atas syarat keselamatan, yaitu hanya bagi orang-orang yang telah memperoleh pewahyuan Kristus dan anugerah-Nya. Setiap orang yang memperoleh kesempatan diperkenalkan kepada Kristus serta memanfaatkan perkenalan itu untuk percaya kepada-Nya, akan mendapat hidup yang kekal, sehingga tidak seorang pun akan dipersalahkan karena ketidakpercayaan (walaupun begitu, orang dapat dihukum juga karena dosa-dosa lain), selain mereka yang telah mendengar Injil yang diberitakan kepada mereka, seperti orang-orang Yahudi di sini (ay. 36), yang telah melihat, namun tetap tidak percaya, yang telah mengenal Kristus, namun tidak memercayai-Nya. Namun, saya lebih suka mengartikan melihat di sini sama dengan percaya, karena kata yang dipakai adalah theōrōn, yang tidak begitu memaksudkan pengertian penglihatan oleh mata (seperti yang dipakai dalam ayat 36, heōrakate me -- kamu telah melihat Aku). Kata ini lebih banyak menunjuk pada arti perenungan pikiran yang mendalam. Setiap orang yang melihat Anak, yakni yang percaya kepada-Nya, melihat-Nya dengan mata iman. Dengan imanlah kita dapat mengenal dan terpengaruh oleh pengajaran Injil tentang Dia. Memandang Dia adalah seperti orang-orang Israel yang dipagut ular tedung memandangi ular tembaga yang dibuat Musa. Bukanlah iman buta yang dikehendaki Kristus. Bukan memejamkan mata lalu mengikuti Dia, tetapi melihat Dia dan melihat alasan apa yang dapat kita gunakan untuk melanjutkan iman kita. Akan sangat baik jika kemudian iman kita tidak didasarkan pada apa kata orang (percaya seperti yang dipercaya gereja), tetapi sebagai hasil pertimbangan yang cukup dan pengertian yang mendalam mengapa kita percaya: Sekarang mataku sendiri memandang Engkau. Kami telah mendengar Dia sendiri.

. Untuk memperoleh hidup yang kekal, orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus akan dibangkitkan oleh kuasa-Nya pada akhir zaman. Tugas ini diberikan kepada-Nya sebagai kehendak Bapa-Nya (ay. 39). Namun, dengan sungguh-sungguh Ia menjadikan tugas ini sebagai pekerjaan dan janji-Nya sendiri: Aku membangkitkannya pada akhir zaman, yang bukan saja menunjukkan kembalinya tubuh pada kehidupan, tetapi juga menempatkan manusia itu seutuhnya ke dalam kehidupan kekal seperti yang dijanjikan-Nya.

. Sekarang, mari kita perhatikan apa kata para pendengar-Nya mengenai semua yang dikatakan-Nya mengenai diri-Nya sendiri sebagai roti hidup yang turun dari sorga.

(1) Ketika mereka mendengar sesuatu yang dikatakan seperti roti dari Allah yang memberi hidup, dengan sungguh-sungguh mereka berdoa memohon roti itu (ay. 34): Tuhan, berikanlah kami roti itu senantiasa. Saya tidak berpendapat bahwa hal ini dikatakan sebagai ejekan dengan gaya mencemooh, seperti pendapat banyak penafsir: "Jika Engkau dapat, berikan kami roti seperti ini, supaya kami bisa memakannya, bukan hanya sekali makan seperti lima roti itu, tetapi senantiasa," seolah-olah tidak lebih baik daripada permohonan pencuri yang durhaka itu: Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah diri-Mu dan kami. Namun, saya berpendapat bahwa meskipun permintaan ini dilakukan tanpa sadar apa yang mereka sebenarnya minta, namun diajukan dengan jujur dan dengan maksud baik. Buktinya, mereka memanggil-Nya, Tuhan, dan ingin mendapatkan bagian dari apa yang Ia berikan, apa pun maksud-Nya dengan roti itu. Pemahaman-pemahaman yang umum dan membingungkan mengenai perkara-perkara ilahi bisa menimbulkan dalam hati yang duniawi suatu hasrat dan kerinduan akan perkara-perkara ilahi, seperti kerinduan Bileam, yaitu untuk mati seperti matinya orang-orang jujur. Orang-orang yang memiliki pengetahuan tidak jelas tentang perkara-perkara Allah, mereka yang melihat orang seperti pohon berjalan, akan menaikkan doa yang saya sebut doa-doa tidak jelas untuk mendapatkan berkat-berkat rohani. Mereka mengira perkenanan Allah adalah sesuatu yang baik dan sorga adalah tempat yang menyenangkan, dan mereka sangat menginginkannya. Namun, di lain pihak, mereka tidak menghargai dan juga tidak menginginkan sama sekali kesucian yang diperlukan untuk mendapatkan kedua berkat itu. Biarlah ini menjadi hasrat jiwa kita. Sudahkah kita merasakan bahwa Allah penuh dengan kemurahan, sudahkah kita dijamu dengan firman Allah dan Kristus dalam firman itu? Marilah kita berkata, "Tuhan, berikanlah kami roti itu senantiasa. Biarlah roti hidup itu menjadi roti kami sehari-hari, menjadi manna sorgawi untuk perjamuan kami yang terus berlanjut, dan biarlah tidak ada kata kekurangan akan roti itu dalam hidup kami selamanya."

(2) Namun, ketika orang-orang itu mengetahui bahwa yang dimaksud Yesus dengan roti hidup itu adalah diri-Nya sendiri, mereka lalu melecehkan hal itu. Tidak jelas di sini apakah mereka itu orang-orang yang sama dengan mereka yang memohon roti itu (ay. 34) atau orang lain dalam kelompok itu. Tampaknya mereka ini orang lain lagi, karena mereka disebut orang-orang Yahudi. Sekarang dikatakan (ay. 41), Maka bersungut-sungutlah orang Yahudi tentang Dia. Sungut-sungut ini datang dengan tiba-tiba setelah pernyataan khidmat yang disampaikan Kristus tentang kehendak Allah dan janji-Nya sendiri mengenai keselamatan umat manusia (ay. 39-40), yang tanpa ragu lagi merupakan sebagian dari perkataan yang paling berbobot dan mulia yang pernah disampaikan dari mulut Yesus Tuhan kita, perkataan yang sungguh penuh dengan kebenaran dan layak diterima. Dalam pikiran kita, mereka ini seharusnya bersikap seperti orang-orang Israel di Mesir dulu, di mana ketika mendengar bahwa Allah telah mengindahkan mereka, maka berlututlah mereka dan sujud menyembah. Namun, orang-orang ini, bukannya menerima tawaran tersebut, mereka malah bersungut-sungut dan berbantah-bantah tentang apa yang telah dikatakan Kristus. Meskipun mereka tidak secara terang-terangan menentang dan menyangkal perkataan-Nya, namun secara diam-diam dengan saling berbisik mereka mencemooh dan saling memanas-manasi menentang perkataan-Nya itu. Banyak orang tidak mau mengaku bahwa mereka menentang pengajaran Kristus, namun di dalam hati, mereka berkata mereka tidak menyukainya (biasanya mereka tidak mau mengaku terus terang karena apa yang mereka perdebatkan itu tidaklah berdasar dan lemah alasannya, sehingga mereka malu untuk mengakuinya atau takut dibungkamkan karenanya).


Sekarang:

[1] Hal yang membuat mereka merasa jengkel adalah penegasan Kristus yang menyatakan bahwa Ia berasal dari sorga (ay. 41-42). Bagaimana mungkin Ia dapat berkata, Aku telah turun dari sorga? Mereka pernah mendengar malaikat-malaikat turun dari sorga, tetapi belum pernah ada manusia yang turun dari sorga. Mereka lupa bukti-bukti yang telah Ia berikan kepada mereka yang menunjukkan bahwa Ia lebih daripada sekadar manusia.

[2] Yang membuat mereka merasa benar adalah bahwa mereka tahu akan silsilah-Nya di dunia ini: Bukankah Ia ini Yesus, anak Yusuf, yang ibu bapa-Nya kita kenal? Bagi mereka, keliru besar kalau Ia sampai mengatakan bahwa Ia telah turun dari sorga. Ia kan hanya seorang seperti mereka. Mereka meremehkan nama-Nya yang mulia, Yesus, dengan berkata: Bukankah Yesus ini. Mereka percaya begitu saja bahwa Yusuf adalah benar-benar ayah-Nya, padahal itu hanyalah menurut anggapan orang belaka. Perhatikanlah, pemahaman yang salah mengenai pribadi Kristus, bahwa Ia hanya manusia biasa saja, dikandung dan dilahirkan melalui keturunan biasa, sungguh bertentangan dengan ajaran dan jabatan-Nya. Orang-orang yang menempatkan Dia setara dengan anak-anak manusia lainnya, yang ayah dan ibunya kita kenal, biasanya memang akan meremehkan kehormatan penebusan dan rahasia karya-Nya, dan sama seperti orang-orang Yahudi di sini, mereka bersungut-sungut terhadap janji-Nya untuk membangkitkan kita pada akhir zaman.

. Setelah berbicara tentang iman sebagai pekerjaan besar Allah (ay. 29), Kristus berbicara banyak mengenai pekerjaan Allah tersebut. Ia terus mengajar dan mendorong kita untuk giat dalam pekerjaan iman itu.

(1) Ia menunjukkan apa artinya percaya kepada Kristus.

[1] Percaya kepada Kristus berarti datang kepada Kristus.


Orang yang datang kepada-Ku, sama dengan orang yang percaya kepada-Ku (ay. 35), dan sekali lagi: Barangsiapa datang kepada-Ku (ay. 37). Begitu juga dalam ayat 44-45. Bertobat kepada Allah berarti datang kepada-Nya (Yer. 3:22) yang merupakan kebaikan yang utama dan tujuan tertinggi kita. Begitu juga iman kepada Yesus Kristus Tuhan kita berarti datang kepada-Nya sebagai Raja dan Penyelamat kita, dan sebagai jalan kita menuju Bapa. Iman menunjukkan mengalirnya kasih sayang kita kepada Dia. Aliran kasih ini adalah tindak gerak dari jiwa. Iman itu juga berarti meninggalkan semua hal yang bertentangan dengan Dia atau yang bersaing dengan-Nya, dan setuju untuk menerima semua syarat yang diperlukan untuk menerima kehidupan dan keselamatan yang ditawarkan kepada kita melalui Dia. Ketika Ia masih berada di atas muka bumi ini, iman itu berarti lebih daripada sekadar datang ke tempat di mana Ia sedang berada. Demikian halnya sekarang ini, iman itu lebih daripada sekadar datang kepada firman dan tata peraturan-Nya.

[2] Percaya kepada Kristus berarti makan dari Kristus (ay. 51): Jikalau seorang makan dari roti ini. Penjelasan yang pertama di atas menunjukkan penyerahan diri kita kepada Kristus, yang ini menunjukkan menerima dan menggunakan Kristus untuk diri kita, dengan penuh selera dan kegembiraan, sehingga kita dapat memperoleh kehidupan, kekuatan, dan penghiburan dari Dia. Makan dari Dia seperti bangsa Israel makan dari manna, setelah mereka meninggalkan kuali berisi daging di tanah Mesir dan tidak bergantung dari jerih payah mereka (untuk makan dari manna itu), melainkan hidup sepenuhnya dari roti yang diberikan kepada mereka dari sorga.

(2) Ia menunjukkan apa yang akan diperoleh dengan percaya kepada Kristus. Apa yang akan Ia berikan kepada kita jika kita datang kepada-Nya? Apa kebaikan yang kita peroleh dengan memakan dari Dia? Kekurangan dan kematian merupakan hal utama yang kita takuti. Karena itu, biarlah kita yakin akan dihibur dalam keberadaan kita, dan terus dihibur tak henti-hentinya. Sekarang, dua hal berikut ini telah dijaminkan untuk diberikan kepada orang-orang percaya yang sejati.

[1] Mereka tidak akan kekurangan, tidak akan lapar lagi, tidak akan haus lagi (ay. 35). Mereka memang memiliki macam-macam hasrat, yang sungguh-sungguh sifatnya. Namun, segala hasrat ini sangat pantas, sesuai waktunya, dan terpenuhi dengan berlimpah, sehingga tidak dapat lagi disebut lapar dan haus, yang rasanya tidak mengenakkan dan menyakitkan. Mereka yang makan manna dan minum air dari batu karang itu, tetap merasa lapar dan haus sesudah itu. Manna itu menjemukan mereka, air dari batu karang itu mengecewakan mereka. Tetapi ada kepenuhan yang meluap-luap di dalam Kristus yang tidak ada habis-habisnya. Ada hubungan yang terus-menerus dari Dia, tanpa sela.

[2] Mereka tidak akan pernah mati, tidak akan mati selamanya.


Karena:


Pertama, orang yang percaya kepada Kristus mempunyai hidup yang kekal (ay. 47). Ia memiliki jaminan dan kepastian tentang hal itu. Ia memilikinya dalam janji dan buah-buah sulung. Persatuan dengan Kristus dan persekutuan dengan Allah di dalam Kristus merupakan permulaan hidup yang kekal.


Kedua, orang-orang yang makan manna itu mati, tetapi Kristus adalah roti yang bila dimakan, orang tidak akan mati (ay. 49-50).


Perhatikanlah di sini:

. Ketidakmampuan manna yang simbolis itu: Nenek moyangmu telah makan manna di padang gurun dan mereka telah mati. Sungguh berguna apabila kita memperhatikan kematian nenek moyang kita. Makam-makam mereka seolah bertutur kepada kita dan tugu-tugu peringatan mereka menjadi kenangan bagi kita, khususnya tentang hal ini, bahwa makanan yang paling melimpah dan paling lezat sekalipun tidak akan dapat memperpanjang benang-benang kehidupan dan juga tidak akan dapat mencegah serangan kematian. Orang yang makan manna, makanan malaikat itu, mati seperti manusia pada umumnya. Tidak ada yang salah dalam makanan mereka yang mempersingkat hari-hari mereka. Kematian mereka pun tidaklah dipercepat oleh kerja keras dan keletihan hidup (karena mereka tidak pernah menabur atau menuai). Namun demikian, mereka tetap mati.

(1) Banyak di antara mereka yang mati akibat pembalasan Allah yang segera atas ketidakpercayaan dan sungutan mereka. Karena, meskipun mereka semua makan makanan rohani yang sama, banyak dari mereka tidak mendapat perkenanan Allah, sehingga mereka ditewaskan di padang gurun (1Kor. 10:3-5). Manna yang mereka makan tidak menjamin keselamatan mereka dari murka Allah, seperti yang dijaminkan kepada kita karena percaya di dalam Kristus.

(2) Selebihnya dari mereka mati secara alami dan mayat mereka jatuh dalam hukuman Allah di padang belantara, tempat di mana mereka makan manna. Dalam masa yang sama itu ketika mujizat menjadi makanan sehari-hari, usia kehidupan manusia menjadi berkurang seperti yang tampak sekarang (Mzm. 90:10). Karena itu janganlah mereka terlampau membanggakan manna.

. Kesempurnaan dan kecukupan dari manna yang sejati, yang dilambangkan oleh manna yang tadi itu: Inilah roti yang turun dari sorga, makanan yang benar-benar ilahi dan sorgawi, sehingga barangsiapa makan dari padanya, ia tidak akan mati. Artinya, ia tidak akan jatuh dalam murka Allah, yang bisa membunuh jiwa. Ia tidak akan mengalami kematian yang kedua. Kematian yang pertama pun tidak, yang tidak dapat diubah dan tidak dapat dipulihkan lagi. Tidak akan mati, berarti tidak binasa, tidak gagal mencapai Tanah Kanaan sorgawi, seperti yang dialami bangsa Israel dengan Tanah Kanaan duniawi, karena kekurangan iman, sekalipun mereka memiliki manna. Hal ini dijelaskan lebih lanjut oleh janji itu dalam kata-kata berikutnya: Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya (ay. 51). Inilah makna dari ungkapan tidak akan mati: meskipun ia turun menuju maut, ia akan melewatinya menuju dunia di mana maut tidak akan ada lagi. Hidup kekal bukan berarti ada selamanya (kesengsaraan neraka akan ada selama-lamanya, roh manusia diciptakan untuk keadaan yang kekal tanpa akhir), tetapi berarti untuk bahagia selamanya. Karena tubuh memang harus mati, dan menjadi seperti air yang tumpah ke tanah, di sini Kristus berjanji untuk melakukan mengumpulkannya kembali (seperti sebelumnya dalam ayat 44, ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman), dan tubuh itu pun akan hidup kekal selamanya.

(3) Ia memberi dorongan semangat supaya kita percaya kepada Dia. Di sini Kristus berbicara tentang sebagian orang yang telah melihat Dia, namun tidak percaya (ay. 36). Mereka melihat diri-Nya dan mujizat-Nya, mendengar Ia berkhotbah, namun mereka tidak terpengaruh dan tidak tertarik untuk percaya kepada-Nya. Iman tidak selalu merupakan dampak dari penglihatan. Para serdadu yang berjaga di kubur Yesus adalah saksi mata tentang kebangkitan-Nya, namun, bukannya percaya kepada-Nya, mereka malah bersaksi dusta tentang Dia. Jadi, merupakan hal yang sulit untuk membuat orang percaya kepada Kristus, tetapi dengan pekerjaan Roh anugerah, ada juga orang-orang yang tidak melihat, namun percaya. Ada dua hal yang kita yakini di sini yang bisa mendorong iman kita:

[1] Bahwa Sang Anak akan menyambut semua orang yang datang kepada-Nya (ay. 37): Barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang. Betapa menggembirakan perkataan ini bagi jiwa kita, karena kita sungguh disambut Kristus! Barangsiapa datang, dinyatakan dalam bentuk orang ketiga tunggal, bukan hanya ditujukan kepada kumpulan orang percaya secara umum, tetapi juga kepada setiap jiwa yang menyerahkan diri kepada Kristus. Di sini,


pertama, kewajiban yang harus dilakukan adalah sebuah kewajiban Injil yang murni, yaitu: datang kepada Kristus, supaya kita dapat datang kepada Allah melalui Dia. Keindahan dan kasih-Nya, hal-hal yang sangat menarik itu, harus menarik kita kepada-Nya. Dorongan kebutuhan dan rasa takut akan bahaya harus menggerakkan kita untuk datang kepada-Nya. Apa saja harus dapat membawa kita datang kepada Kristus.


Kedua, janji itu adalah janji Injil yang murni: Ia tidak akan Kubuang -- ou mē ekbagō exō. Dua perkataan sangkal ada di sini, Aku tidak akan, tidak, Aku tidak akan.

. Banyak anugerah diungkapkan di sini. Karena berbagai alasan, pastilah kita merasa takut bahwa Ia akan membuang kita. Mengingat kejahatan kita, kekejian kita, ketidaklayakan kita, kelemahan kita untuk datang kepada-Nya, sudah sepantasnya bila kita menduga bahwa Ia kesal dengan kita dan menutup pintu bagi kita. Namun, Ia menyingkirkan segala ketakutan kita ini dengan kepastian ini, yaitu bahwa Ia tidak akan melakukan itu, bahwa Ia tidak akan meremehkan kita meskipun kita ini jahat, tidak akan menolak kita meskipun keadaan kita penuh dosa. Apakah orang-orang pintar yang malang mau datang kepada-Nya untuk diajar? Meskipun mereka bebal dan lamban untuk mendengar, Ia tidak akan membuang mereka. Apakah orang-orang sakit yang malang mau datang kepada-Nya untuk disembuhkan, apakah mereka yang berperkara dan tertekan karena masalahnya itu mau datang kepada-Nya untuk meminta nasihat? Meskipun masalah mereka begitu buruk, meskipun mereka datang dengan tangan kosong, Ia tidak akan membuang mereka. Malah lebih dari itu,

. Lebih banyak anugerah yang sebenarnya dinyatakan secara tidak langsung daripada yang diungkapkan. Ketika dikatakan bahwa Ia tidak akan membuang mereka, itu artinya Ia akan menerima dan menjamu, serta memberikan mereka semua hal yang mereka cari ketika mendatangi Dia. Sama seperti Ia tidak mau menolak mereka ketika mereka datang untuk pertama kali, begitu juga Ia tidak akan membuang mereka sesudah itu, setiap kali mereka menimbulkan kejengkelan-Nya. Sebab Allah tidak menyesali kasih karunia dan panggilan-Nya.

[2] Sang Bapa pasti akan membawa kepada Anak-Nya semua orang yang diberikan kepada-Nya pada saatnya. Dalam kesepakatan bersama antara Bapa dan Anak yang berkaitan dengan penebusan umat manusia, Sang Anak akan melaksanakan pembenaran, pengudusan, dan keselamatan bagi semua yang akan datang kepada-Nya ("Letakkan mereka semua dalam tangan-Ku, dan biarkan Aku yang mengatur mereka"), sedangkan Sang Bapa, sumber dan Pencipta semua yang ada, kehidupan, dan anugerah, menyerahkan ke dalam tangan-Nya semua yang diberikan kepada-Nya dan membawa mereka kepada-Nya.


Sekarang:


Pertama, di sini Ia (Sang Anak) meyakinkan kita bahwa hal ini akan terlaksana: Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku (ay. 37). Dalam ayat 36 sebelumnya, kita melihat Kristus mengeluh tentang orang-orang yang telah melihat Dia, namun tidak mau percaya kepada-Nya. Sekarang, ayat 37 ini Ia tambahkan:

a. Demi untuk meyakinkan dan menyadarkan mereka, dengan jelas Ia menunjukkan kepada mereka bahwa jika mereka tetap tidak mau datang kepada-Nya dan percaya kepada-Nya, maka itu berarti mereka tidak termasuk dalam orang-orang pilihan anugerah. Masalahnya sudah jelas, karena bagaimana mungkin kita dapat mengira bahwa Allah akan memberikan kita kepada Kristus jika kita memberikan diri kita kepada dunia dan kedagingan? (2Ptr. 1:10).

b. Demi penghiburan dan dorongan bagi diri-Nya sendiri: Sekalipun Israel tidak dikumpulkan, Aku akan tetap dipermuliakan. Orang-orang pilihan telah dipilih, meskipun banyak masih tegar hati (Rm. 11:7). Meskipun Ia kehilangan banyak dari ciptaan-Nya, namun tak seorang pun yang ada dalam tangan-Nya akan hilang: semua yang diberikan Bapa kepada-Nya akan datang kepada-Nya.


Di sini kita temukan:

(a) Gambaran mengenai orang-orang pilihan itu: Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku, pan ho didōsi -- segala sesuatu yang diberikan Bapa kepada-Ku, yaitu orang-orang yang terpilih dan semua yang menjadi milik mereka, semua pelayanan mereka, dan semua kepentingan mereka. Karena semua yang Ia miliki adalah kepunyaan mereka, begitu jugalah semua yang mereka miliki menjadi milik-Nya. Dan Ia berbicara tentang mereka sebagai semua milik-Nya: Mereka diberikan kepada-Nya sebagai ganti atas semua usaha yang telah dikerjakan-Nya. Bukan hanya semua orang, tetapi juga segala sesuatu akan dipersatukan di dalam Kristus (Ef. 1:10) dan diperdamaikan dengan diri-Nya (Kol. 1:20). Penyerahan orang-orang pilihan yang tersisa kepada Kristus dibicarakan sebagai sesuatu yang telah terlaksana: semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku (ay. 39). Namun, dalam ayat 37 di sini orang-orang pilihan itu dikatakan sebagai sesuatu yang sedang dilaksanakan, "Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku," karena, ketika Ia masuk ke dunia (Ibr. 10:5 dan seterusnya), tampaknya ada suatu pembaruan atas pemberian itu. Sekarang Allah ingin memberikan juga bangsa-bangsa bukan Yahudi sebagai milik pusaka kepada-Nya (Mzm. 2:8), untuk membuat Dia menjadi pemilik dari tanah pusaka yang sudah sunyi sepi (Yes. 49:8), untuk membagikan kepadanya orang-orang besar sebagai rampasan (Yes. 53:12). Meskipun orang-orang Yahudi yang melihat Dia, tidak percaya kepada-Nya, namun orang-orang tersebut (Ia berkata), akan datang kepada-Nya. Domba-domba lain, yang bukan berasal dari kawanan ini, akan dibawakan juga kepada-Nya (Yoh. 10:15-16; Kis. 13:45-48).

(b) Akibat yang akan timbul dipastikan: Mereka akan datang kepada-Ku. Perkataan ini bukanlah sebuah janji, tetapi sebuah prakiraan, bahwa semua orang yang dalam rencana Allah dikaruniakan kehidupan, akan dibawa kepada kehidupan dengan cara dibawa kepada Kristus. Sekalipun terserak, bercampur baur dengan bangsa-bangsa, tak seorang pun dari mereka akan dilupakan. Seperti yang telah dijanjikan, sebiji batu kecil pun tidak akan jatuh ke tanah (Am. 9:9). Walaupun sejak semula orang-orang ini terasing dari Kristus dan menolak Dia, namun mereka akan datang. Kemahatahuan Allah digunakan untuk menemukan mereka semua, sedangkan kemahakuasaan-Nya digunakan untuk membawa masuk mereka semua. Bukannya mereka akan dihalau paksa untuk datang kepada-Ku, tetapi, mereka akan datang dengan bebas, akan dibuat bersedia.


Kedua, di sini Kristus menunjukkan kepada kita bagaimana hal itu dilaksanakan. Bagaimana orang-orang yang diberikan kepada Kristus dibawa kepada-Nya? Ada dua hal yang dilakukan untuk membawa mereka:

a. Pengertian mereka akan diterangi. Hal ini telah dijanjikan (ay. 45-46). Telah tertulis dalam kitab nabi-nabi, yang berbicara tentang hal-hal ini sebelumnya, dan mereka semua akan diajar oleh Allah. Hal ini kita temukan juga dalam Yesaya 54:13 dan Yeremia 31:34, mereka semua akan mengenal Aku. Perhatikan baik-baik:

(a) Agar kita dapat percaya kepada Yesus Kristus, kita perlu mendapat pengajaran dari Allah.


Artinya:

[a] Bahwa akan ada penyataan atau wahyu ilahi yang disampaikan kepada kita. Wahyu ini mengungkapkan kepada kita apa yang harus kita percayai mengenai Kristus dan mengapa kita harus percaya kepada-Nya. Ada beberapa hal yang dapat mengajar kita, bahkan alam sendiri menyatakan kepada kita, tetapi untuk membawa kita kepada Kristus diperlukan terang yang lebih tinggi lagi.

[b] Bahwa akan ada karya ilahi yang bekerja di dalam diri kita, sesuatu yang memungkinkan kita memahami dan menerima kebenaran-kebenaran yang diungkapkan itu berikut bukti tentang semua kebenaran itu. Supaya kita mampu bernalar, Allah memberi kita akal budi melebihi binatang di bumi, tetapi dalam hal memberikan iman kepada kita, Ia mengajar kita melebihi manusia duniawi. Karena itu semua jemaat, semua yang tulus murni, diajar tentang Allah. Ia sendiri yang mendidik mereka.

(b) Selanjutnya, dengan menarik kesimpulan dari pernyataan bahwa setiap orang, yang telah mendengar dan menerima pengajaran dari Bapa, datang kepada-Ku (ay. 45), dapat disampaikan beberapa hal di sini:

[a] Dinyatakan secara tidak langsung bahwa tidak seorang pun akan datang kepada Kristus selain orang-orang yang telah mendengar dan menerima pengajaran dari Bapa. Kita hanya dapat dibawa kepada Kristus di bawah tuntunan ilahi. Kita tidak akan pernah dibawa untuk percaya kepada Kristus, kecuali bila Allah melalui anugerah-Nya menerangi pikiran kita, membantu kita dalam menimbang, dan memperbaiki kesalahan-kesalahan kita, serta bukan hanya mengatakan apa yang boleh kita dengar, tetapi juga mengajar kita supaya dapat belajar kebenaran yang ada di dalam Yesus.

[b] Bahwa karena pengajaran ilahi ini begitu diperlukan untuk menghasilkan iman orang-orang pilihan Allah, maka kita dapat menyimpulkan bahwa mereka yang tidak datang kepada Kristus itu tidak pernah mendengar atau menerima pengajaran dari Bapa. Karena, jika mereka pernah melakukannya, tidak diragukan lagi mereka pasti telah datang kepada Kristus. Sia-sialah orang yang berpura-pura telah menerima pengajaran Allah jika mereka tidak percaya kepada Kristus, karena Allah tidak memberikan pengajaran lain (Gal. 1:8-9). Lihatlah bagaimana Allah berurusan dengan manusia sebagai makhluk yang berakal budi, yaitu dengan menarik mereka dengan tali kesetiaan, membuka pengertian mereka terlebih dahulu, lalu melalui hal itu, dengan cara yang biasa, mempengaruhi pancaindra mereka yang lebih rendah. Dengan demikian Ia masuk melalui pintu. Tetapi Iblis, yang datang sebagai pencuri, akan masuk dengan memanjat tembok. Namun, supaya jangan ada orang yang memimpikan datangnya Allah Bapa dalam wujud yang kasatmata kepada anak-anak manusia (untuk mengajarkan hal-hal ini), dan supaya jangan ada yang memeluk pendapat yang keliru tentang mendengar dan menerima pengajaran dari Bapa, Ia menambahkan: Hal itu tidak berarti, bahwa ada orang yang telah melihat Bapa (ay. 46). Ini menyiratkan bahwa kita tidak mungkin dapat melihat Dia dengan mata jasmani, atau mengharapkan menerima pengajaran dari Dia seperti yang terjadi pada Musa, yang berbicara dengan Allah berhadapan muka. Sebaliknya, dengan mencerahkan mata manusia dan mengajar mereka, Allah bekerja dengan cara yang rohani. Bapa segala roh memiliki jalan untuk memasuki dan mempengaruhi roh manusia tanpa dapat dilihat. Orang-orang yang belum pernah melihat wajah-Nya telah merasakan kuasa-Nya. Walaupun begitu, hanya ada satu pribadi yang kenal dekat dengan Allah, yaitu Dia yang datang dari Allah, Kristus sendiri, Dialah yang telah melihat Bapa (1:18).


Perhatikanlah:


Pertama, Yesus Kristus itu datang dari Allah, Dia itu Allah dari Allah, terang dari terang. Ia bukan saja diutus Allah, tetapi lahir dari Allah sebelum semua ciptaan.


Kedua, merupakan hak istimewa Kristus untuk melihat Bapa, untuk benar-benar mengenal Dia dan segala rencana serta hikmat-Nya.


Ketiga, bahkan pencerahan yang merupakan persiapan menuju iman itu pun disampaikan kepada kita melalui Kristus. Mengingat orang-orang yang diajar oleh Bapa itu tidak dapat melihat Dia dengan mata kepala sendiri, mereka harus belajar dari Kristus, karena hanya Dia sendirilah yang telah melihat Bapa. Sama seperti semua pengungkapan ilahi dilakukan melalui Kristus, demikian jugalah semua kuasa ilahi diadakan melalui Dia.

b. Kehendak orang-orang itu akan ditundukkan. Jika jiwa manusia telah memiliki kebenarannya yang sejati, maka tidak ada yang diperlukan lagi untuk mempengaruhi kehendak manusia itu selain dengan menerangi pengertiannya. Karena, di dalam jiwa yang rusak dari manusia yang telah jatuh ke dalam dosa, terdapat suatu pemberontakan kehendak yang melawan prinsip-prinsip pengertian yang benar, ada pikiran duniawi, yang dengan sendirinya merupakan seteru terhadap terang dan hukum ilahi. Karena itu diperlukan suatu pekerjaan anugerah untuk mempengaruhi kehendak, yang disebut di sini dengan menarik: Tidak ada seorang pun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku (ay. 44). Orang-orang Yahudi bersungut-sungut terhadap pengajaran Kristus. Mereka bukan saja tidak mau menerima pengajaran itu bagi diri mereka sendiri, tetapi juga marah kalau orang lain menerimanya. Walaupun mereka berbisik secara rahasia di antara mereka, Kristus bisa mendengar mereka, dan berkata (ay. 43), "Jangan kamu bersungut-sungut, jangan kalian saling menyalahkan karena tidak suka akan pengajaran-Ku, seolah-olah itu kalian semua sama-sama merasakan kejelekannya. Tidak, itu semua terjadi karena dirimu masing-masing, karena watak jahatmu sendiri. Moralmu sudah begitu bobrok, kebencianmu dan prasangkamu terhadap kebenaran Allah sudah begitu buruknya sehingga selain kuasa Allah tidak ada lagi yang dapat menaklukkannya." Dan hal ini menjadi masalah seluruh umat manusia: "Tidak ada seorang pun yang dapat datang kepada-Ku, dapat meyakinkan dirinya sendiri untuk menerima syarat-syarat Injil, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku" (ay. 44).


Perhatikanlah:

(a) Sifat pekerjaan itu: Yaitu menarik, yang bukan menunjukkan kekuatan yang dipaksakan atas kehendak itu, sehingga dengan ketertarikan itu, kita yang tidak bersedia dibuat menjadi bersedia, dan sebuah kecenderungan baru diberikan kepada jiwa, supaya jiwa itu dicondongkan kepada Allah. Hal ini tampaknya lebih daripada sekadar suatu bujukan moral, karena bila demikian halnya, maka moral itulah yang punya kuasa untuk menarik. Juga, tarikan itu bukanlah suatu daya fisik, karena tarikan itu berada di luar jalur alam yang berwujud. Akan tetapi, Ia yang menciptakan roh dalam diri manusia dengan kuasa penciptaan-Nya, dan membentuk hati manusia dengan pengaruh pemeliharaan-Nya, tahu bagaimana membentuk ulang jiwa itu, bagaimana mengubah kecenderungan dan wataknya, dan menjadikannya cocok dengan diri-Nya sendiri dan kehendak-Nya tanpa melakukan sesuatu yang salah pada kebebasan alami manusia. Kegiatan menarik di sini bukan hanya meliputi sebuah ketaatan biasa, tetapi ketaatan yang dilakukan dengan sukacita, dengan perasaan puas: Tariklah aku di belakangmu, marilah kita cepat-cepat pergi.

(b) Perlunya tarikan itu: Tidak ada seorang pun, dalam keadaannya yang lemah dan tidak berdaya ini, dapat datang kepada Kristus tanpa ditarik. Sama seperti kita tidak dapat melakukan tindakan alamiah apa pun tanpa adanya kelengkapan lain yang biasanya mendukung tindakan itu, begitu juga kita tidak dapat melakukan tindakan akhlak yang baik tanpa pengaruh anugerah yang khusus. Di dalam anugerah yang khusus inilah, manusia baru itu hidup, bergerak, dan ada, sama seperti manusia jasmani pada umumnya hidup, bergerak dan ada dalam pemeliharaan Allah.

(c) Pelaku dari pekerjaan menarik itu: Bapa yang mengutus Aku. Sang Bapa, setelah mengutus Kristus, akan membuat-Nya berhasil, karena Dia tidak akan mengutus-Nya untuk suatu tujuan yang gagal tanpa hasil. Setelah Kristus melaksanakan tugas untuk membawa jiwa-jiwa kepada kemuliaan, Allah berjanji kepada-Nya untuk membawa mereka kepada-Nya supaya Ia boleh memiliki mereka yang telah diserahkan Allah kepada-Nya. Setelah memberikan kerajaan Israel kepada Daud sesuai dengan janji-Nya, Allah pada akhirnya menarik hati orang banyak kepada Daud. Demikian juga halnya, setelah mengutus Kristus untuk menyelamatkan jiwa-jiwa, Allah mengirim jiwa-jiwa kepada-Nya untuk diselamatkan oleh-Nya.

(d) Mahkota dan penyempurnaan pekerjaan ini: Dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman. Hal ini disebut sampai empat kali dalam percakapan ini, dan tidak diragukan bahwa hal ini mencakup pekerjaan-pekerjaan persiapan dan lanjutan dari anugerah ilahi ini. Ketika membangkitkan mereka pada akhir zaman, Ia akan mengakhiri usaha penyelamatan-Nya itu, memasang batu utama pada bangunan itu. Sekali Ia berjanji untuk melakukan hal ini, Ia pasti dapat dan akan melakukan segala sesuatu yang diperlukan supaya janji itu terlaksana. Biarlah segala pengharapan kita dibawa menuju kebahagiaan yang disediakan pada akhir zaman itu, ketika masa waktu sepenuhnya selesai dan berakhir.

. Setelah berbicara mengenai diri-Nya sendiri sebagai roti hidup, dan mengenai iman sebagai pekerjaan Allah, secara lebih khusus lagi Kristus menunjukkan apa itu dari diri-Nya yang adalah roti itu, yaitu daging-Nya. Ia memperlihatkan bahwa menjadi percaya artinya memakan dari daging-Nya itu (ay. 51-58). Di sini Ia terus memakai makanan sebagai kiasan. Perhatikanlah di sini bagaimana persiapan yang dilakukan untuk menyediakan makanan itu: Roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku (ay. 51), daging Anak Manusia dan darah-Nya (ay. 53). Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman (ay. 55). Perhatikanlah juga apa yang harus dilakukan atas makanan ini: Kita harus makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya (ay. 53), dan sekali lagi, Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku (ay. 54), dan kata-kata yang sama, barangsiapa yang memakan Aku (ay. 56-57). Ini pastilah merupakan sebuah perumpamaan atau kiasan, di mana tindakan-tindakan jiwa terhadap hal-hal yang rohani dan ilahi digambarkan melalui tindakan-tindakan jasmani terhadap hal-hal yang dapat dilihat. Penggambaran seperti ini membuat kebenaran-kebenaran Kristus lebih dapat dimengerti akal oleh sebagian orang dan kurang dapat diterima oleh sebagian yang lain (Mrk. 4:11-12).


Sekarang:

(1) Marilah kita melihat bagaimana percakapan Kristus ini mudah mengakibatkan kekeliruan dan salah pengertian, sehingga orang akan mendengar, namun tidak menanggapi.

[1] Percakapan tersebut disalah mengerti oleh orang-orang Yahudi yang duniawi, yang pertama kali mendengar pesan tersebut: Orang-orang Yahudi bertengkar antara sesama mereka, mereka saling membisikkan ketidakpuasan mereka: Bagaimana Ia ini dapat memberikan daging-Nya kepada kita untuk dimakan? Kristus berbicara tentang memberikan daging-Nya kepada kita (ay. 51), yaitu untuk menderita dan mati bagi kita. Tetapi, tanpa pertimbangan yang tepat mereka memahami pemberian-Nya kepada kita itu, sebagai sesuatu untuk dimakan. Karena itu, Kristus memberi tahu mereka bahwa apa pun yang Ia katakan akan dipahami sebaliknya oleh mereka, bahkan hal memakan daging-Nya yang merupakan sesuatu yang masuk akal pun (jika dipahami dengan benar), yang jelas-jelas bisa langsung dimengerti pun ditelan mentah-mentah begitu saja oleh mereka.

[2] Perkataan-Nya itu juga telah disalahmengerti oleh gereja tertentu untuk mendukung ajaran transubstantiation (perubahan roti dan anggur menjadi tubuh dan darah Kristus -- pen.) mereka yang sangat mengerikan, yang membawa kebohongan bagi pancaindra kita, berlawanan dengan sifat sakramen itu sendiri, serta membalikkan semua bukti yang meyakinkan. Mereka, sama seperti orang-orang Yahudi di sini, memahami hal itu sebagai memakan tubuh Kristus secara jasmani dan duniawi. Juga seperti Nikodemus (3:4). Ketika itu Perjamuan Tuhan masih belum ditetapkan, jadi perjamuan itu tidak memiliki acuan apa-apa dengan hal ini. Makanan dan minuman secara rohanilah yang dibicarakan di sini, bukan sesuatu yang bersifat sakramen.

[3] Hal ini disalahmengerti oleh banyak orang duniawi yang bodoh, yang karenanya menyimpulkan bahwa jika menerima sakramen ini menjelang kematian, mereka pasti akan masuk sorga. Kepercayaan ini membuat banyak orang yang lemah rohaninya tanpa alasan merasa gelisah jika mereka kurang menerima sakramen ini. Sebaliknya ini membuat orang jahat merasa tenteram tanpa alasan jika mereka menerima sakramen ini. Oleh karena itu,

(2) Marilah kita melihat bagaimana percakapan Kristus ini seharusnya dipahami.

[1] Apa yang dimaksud dengan daging dan darah Kristus. Di sini disebut, daging Anak Manusia dan darah-Nya (ay. 53). Kata ganti -Nya di sini menunjuk pada Mesias dan Sang Pengantara: Daging dan darah yang Ia terima dalam penjelmaan-Nya (Ibr. 2:14), dan yang Ia serahkan dalam kematian dan penderitaan-Nya: Daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk disalibkan dan dibunuh. Dikatakan di sini bahwa akan diberikan untuk hidup dunia, artinya:


Pertama, sebagai ganti hidup dunia, yang telah disita oleh dosa, Kristus memberikan daging-Nya sendiri sebagai uang pendamaian atau harga tebusan. Kristus adalah jaminan kita, terikat untuk memberikan tubuh ganti tubuh (seperti yang kita katakan), dan karena itu hidup-Nya harus diserahkan untuk hidup kita, sehingga hidup kita dapat diselamatkan. Inilah Aku, biarkanlah mereka ini pergi.


Kedua, demi hidup dunia ini, untuk memperoleh penebusan umum untuk hidup kekal bagi seluruh isi dunia ini, dan untuk mendapatkan jaminan khusus untuk kehidupan kekal bagi semua orang percaya. Supaya daging dan darah Anak Manusia menunjukkan penjelmaan dan kematian Sang Penebus, Kristus, yaitu Dia yang disalibkan dan penebusan yang dikerjakan-Nya dengan semua berkat penebusan yang sangat berharga: Pengampunan dosa, perdamaian dengan Allah, pengangkatan sebagai anak, jalan masuk menuju takhta anugerah, janji-janji dari kovenan itu, dan hidup yang kekal. Semua ini disebut daging dan darah Kristus.

. Karena semua itu dibeli dengan daging dan darah-Nya, dengan pemecahan tubuh-Nya dan pencurahan darah-Nya. Seandainya saja semua hak istimewa yang dibeli itu dapat disebutkan harganya sesuai dengan harga yang telah dipakai untuk melunasinya. Tuliskanlah di atas semua hak itu pretium sanguinis -- harga darah itu.

. Karena daging dan darah itu adalah makanan dan minuman bagi jiwa kita. Daging yang masih ada darahnya tidak boleh dimakan (Kej. 9:4), tetapi hak-hak istimewa Injil merupakan daging dan darah bagi kita, disediakan untuk makanan jiwa kita. Sebelumnya, Ia membandingkan diri-Nya dengan roti, yang adalah makanan yang sangat diperlukan, namun di sini Ia membandingkan diri-Nya dengan daging, yang lezat rasanya. Ini adalah perjamuan dengan masakan yang bergemuk (Yes. 25:6). Jiwa dikenyangkan dengan Kristus, seperti dengan lemak dan sumsum (Mzm. 63:6). Itu adalah benar-benar makanan dan benar-benar minuman. Sungguhlah demikian adanya, secara rohani. Demikian kata Dr. Whitby (seorang theolog Inggris -- pen.). Kristus sungguh pokok anggur yang benar, atau benar-benar makanan, berlawanan dengan gambaran dan bayang-bayang yang menipu dan yang menjadi makanan dunia ini. Di dalam Kristus dan Injil-Nya ada persediaan makanan yang sebenarnya, yang sungguh mengenyangkan. Itulah yang benar-benar makanan dan benar-benar minuman, yang memuaskan dan menyegarkan (Yer. 31:25-26).

[2] Apa yang dimaksud dengan makan daging ini dan minum darah ini, yang begitu diperlukan dan bermanfaat. Pasti hal itu berarti, tidak lebih dan tidak kurang dari percaya kepada Kristus. Sama seperti kita mengambil bagian dalam daging dan minuman dengan cara makan dan minum, demikian pula kita turut mengambil bagian dalam Kristus dan berkat-berkat-Nya dengan iman. Percaya kepada Kristus meliputi empat hal, yang ada di dalam kegiatan makan dan minum:


Pertama, ada rasa keinginan untuk itu terhadap Kristus. Makan dan minum secara rohani ini didahului dengan rasa lapar dan haus (Mat. 5:6), hasrat yang sungguh-sungguh dan mendesak akan Kristus, tidak mau digantikan oleh apa pun yang kurang menarik dibandingkan dengan Dia: "Berikan aku Kristus atau aku akan mati."


Kedua, menerima dan memiliki Kristus bagi diri kita sendiri. Makanan yang dilihat saja tidak akan berguna bagi kita, tetapi bila dimakan, makanan itu menjadi milik kita dan menjadi satu dengan diri kita. Dengan demikian kita harus menerima Kristus supaya Ia berguna bagi diri kita: Tuhanku dan Allahku (20:28).


Ketiga, bergembira di dalam Kristus dan keselamatan-Nya. Ajaran tentang Kristus yang tersalib harus menjadi makanan dan minuman bagi kita yang paling menyenangkan dan menggembirakan. Kita harus berpesta dengan kelezatan Perjanjian Baru di dalam darah Kristus, menerima dengan kepuasan besar cara-cara yang diambil oleh Sang Hikmat Tak Terbatas dalam menebus dan menyelamatkan kita, sepuas-puasnya melebihi apa yang pernah kita rasakan dengan makanan yang sangat kita butuhkan atau alami dengan kesenangan penuh syukur dari alam ini.


Keempat, sumber zat makanan yang berasal dari Dia dan ketergantungan pada Dia untuk mendapatkan dukungan dan penghiburan bagi kehidupan rohani kita, serta kekuatan, pertumbuhan, dan kebugaran bagi manusia baru kita. Memakan dari Kristus berarti melakukan segala sesuatu di dalam nama-Nya, dalam persatuan dengan Dia, dan oleh kekuatan yang diambil dari Dia. Ini berarti hidup bergantung dari Dia seperti halnya kita bergantung dari makanan kita. Kita tidak dapat menggambarkan bagaimana tubuh kita terpelihara karena makanan kita, tetapi hal itu dapat kita ketahui dan rasakan, begitu juga halnya dengan makanan rohani. Karena begitu senangnya Juruselamat kita dengan kiasan ini (karena sangat besar maknanya dan dapat mengungkapkan maksud-Nya), maka kemudian Ia menetapkan beberapa tanda lahiriah yang bisa dilihat, dengan maksud untuk menggambarkan bagaimana kita menanggapi dan menerima berkat-berkat dari kematian-Nya, yaitu dengan memilih gambaran makan dan minum itu, dan membuat-Nya menjadi tindakan yang sakramental (ritual kudus).

(3) Setelah menjelaskan makna umum dari bagian percakapan Kristus ini, hal-hal yang bersifat khusus dapat dikelompokkan menjadi dua bagian utama:

[1] Perlunya kita memakan dari Kristus (ay. 53): Jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu.


Artinya:


Pertama, "Jika kamu tidak memiliki hasrat yang kuat terhadap Kristus dan juga tidak mempunyai kesukaan di dalam Dia, itu merupakan tanda yang pasti bahwa kamu tidak memiliki hidup rohani di dalam dirimu." Jika jiwa itu tidak merasa lapar dan haus, pasti jiwa itu sudah tidak hidup lagi: Jika kita mati terhadap makanan dan minuman seperti ini, itu menjadi tanda bahwa kita benar-benar mati. Konon, bila lebah-lebah buatan, yang bergerak maju mundur oleh pegas, hendak dibedakan dengan lebah asli, maka taruhlah madu di antara mereka. Pastilah lebah-lebah asli akan berterbangan ke sana, sedangkan yang buatan hanya diam tidak peduli, karena mereka tidak mempunyai hidup di dalam dirinya.


Kedua, "Kamu pasti tidak dapat memiliki hidup rohani, kecuali kamu mengambilnya dengan iman dari Kristus. Di luar Dia kamu tidak dapat berbuat apa-apa." Iman di dalam Kristus merupakan primum vivens -- dasar pendirian hidup yang pertama dari anugerah. Tanpa itu kita tidak memiliki kebenaran dari hidup rohani, juga tidak memiliki hak untuk kehidupan kekal: Tubuh kita tidak akan hidup tanpa makanan, begitu juga jiwa kita tidak akan hidup tanpa Kristus.

[2] Manfaat dan keuntungan memakan dari Kristus ada di dalam dua hal:


Pertama, kita akan menjadi satu dengan Kristus, seperti halnya tubuh kita dengan makanan kita ketika makanan itu dicerna tubuh (ay. 56): Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, yaitu hidup dengan iman di dalam Kristus yang tersalib (dikatakan sebagai suatu tindakan yang berlanjut), ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia. Dengan iman kita memiliki persekutuan yang dekat dan akrab dengan Kristus, Dia di dalam kita, dan kita di dalam Dia (17:21-23; 1Yoh. 3:24). Orang-orang percaya tinggal di dalam Kristus sebagai benteng yang teguh atau kota perlindungan mereka. Kristus tinggal di dalam mereka sebagai Tuan rumah, untuk memerintah dan mencukupi. Seperti itulah persekutuan antara Kristus dan orang-orang percaya, sehingga Ia dapat berbagi di dalam kesedihan mereka, dan mereka dapat ikut menikmati kasih karunia dan sukacita-Nya. Ia makan sayur pahit mereka bersama mereka, dan mereka akan makan bersama Dia makanan-Nya yang melimpah dan mewah. Itu adalah persekutuan yang tidak dapat dipisahkan, seperti antara tubuh dan makanan yang dicerna (Rm. 8:35; 1Yoh. 4:13).


Kedua, kita akan hidup, akan hidup kekal, oleh Dia, seperti tubuh kita hidup oleh makanan kita.

a. Kita akan hidup oleh Dia (ay. 57): Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa yang memakan Aku, akan hidup oleh Aku. Di sini kita melihat adanya rangkaian dan urutan kehidupan ilahi.

(a) Allah adalah Bapa yang hidup, memiliki hidup di dalam dan dari diri-Nya. AKU ADALAH AKU adalah nama-Nya untuk selamanya.

(b) Yesus Kristus, sebagai Sang Pengantara, hidup oleh Bapa. Ia memiliki hidup di dalam diri-Nya sendiri (5:26), tetapi Ia memperolehnya dari Bapa-Nya. Bapa yang telah mengutus Dia, bukan hanya membuat Dia memenuhi syarat dengan memberi kehidupan yang diperlukan untuk melaksanakan tanggung jawab yang demikian besar, tetapi juga memberi kuasa atas perbendaharaan kehidupan ilahi untuk diberikan juga kepada kita. Bapa mengembuskan nafas kehidupan rohani kepada Adam yang kedua, seperti sebelumnya Ia mengembuskan nafas kehidupan jasmani kepada Adam yang pertama.

(c) Orang-orang percaya yang sejati menerima kehidupan ilahi ini karena persatuan mereka dengan Kristus, yang diperoleh dari persatuan antara Bapa dan Anak, seperti yang dicatat juga dalam 17:21. Oleh karena itu, barangsiapa yang memakan Aku, atau mengambil Aku sebagai makanan, akan hidup oleh Aku: mereka yang hidup dari Kristus akan hidup oleh Dia. Hidup orang percaya diperoleh dari Kristus (1:16), tersembunyi dengan Kristus (Kol. 3:4). Kita hidup oleh Dia seperti anggota-anggota hidup oleh kepala, cabang-cabang oleh akar. Sebab Dia hidup, kita pun akan hidup.

b. Kita akan hidup kekal oleh-Nya (ay. 54): Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, seperti yang disediakan di dalam Injil untuk menjadi makanan bagi jiwa, ia mempunyai hidup yang kekal, dan ia telah memilikinya sekarang (ay. 40). Ia memilikinya di dalam Kristus, yang adalah awal dari hidup kekal. Ia memiliki jaminan dan tanda jadi serta pengharapan akan hidup kekal itu. Ia akan hidup selamanya (ay. 58). Kebahagiaannya berlangsung seturut lamanya kekekalan itu sendiri.


Terakhir, penulis sejarah ini menutup dengan sebuah catatan mengenai tempat Yesus melakukan pembicaraan dengan orang-orang Yahudi itu (ay. 59): Ketika Ia mengajar di rumah ibadat. Keterangan ini menunjukkan bahwa Ia mengajar banyak hal di samping hal-hal yang disebut di sini, tetapi yang ada dalam pembicaraan-Nya itulah yang baru Ia bicarakan. Ia menambahkan keterangan bahwa Yesus mengatakan hal-hal ini di rumah ibadat untuk menunjukkan:

. Tingginya nilai pengajaran Kristus. Pengajaran-Nya tidak perlu disembunyikan, tetapi disampaikan secara terbuka di dalam perhimpunan segala macam orang, supaya dapat menahan ujian yang terberat sekalipun dan supaya tidak berat sebelah.

. Tingginya nilai kepercayaan terhadap penulisan tentang hal-hal ini. Untuk meyakinkan kita semua bahwa percakapan ini telah dilakukan dengan adil. Ia tampil di rumah ibadat di Kapernaum, tempat pengajaran itu dapat diuji.


on Kamis, 17 Februari 2022 | A comment?
0 responses to “Yohanes 6:53”

Leave a Reply